Judul : The Lightning Thief
Seri : Percy Jackson and The Olympians #1
Penulis : Rick Riordan
Penerbit : Disney Hyperion Books
Tanggal terbit : April 2006
Halaman : 375
Genre : Fantasy
Overall rate : 3 of 5
Yah, salahku karena menonton film garapan Chris Columbus terlebih dahulu baru membaca bukunya. Karena sudah menonton filmnya, aku jadi sulit membayangkan Perseus Jackson sebagai anak berumur 12 tahun. Di filmnya dia adalah seorang remaja tanggung. Beda banget! Yah, tapi apapun itu, aku mencoba untuk membersihkan bayangan Longan Lerman (pemeran Percy) dalam ingatanku.
Ceritanya bermula dari sebuah museum yang ternyata membawa bencana dan mengungkapkan bahwa Percy ternyata adalah seorang half blood. Tapi anak dewa manakah dia? Itu masih menjadi pertanyaan sampai dia dibawa oleh Grover ke camp musim panas untuk anak-anak half blood.
Di sana dia bertemu dengan Annabeth (anak Athena), Luke (anak Hermes), Grover (seorang satyr), anak Ares yang aku lupa namanya, Chiron (seorang Centaur, penasihat Percy), dan Dionysus (dewa Anggur). Pas acara mengambil bendera lawan, di situ lah ketahuan Percy itu anak dewa mana dan ternyata dia adalah anak dewa laut, Poseidon.
Setelah terungkapnya siapa Percy, kini muncul desas-desus bahwa Percy-lah yang mencuri thunder bolt milik Zeus. Tentu saja bukan Percy yang melakukannya, namun untuk membersihkan nama baiknya, Percy dibantu dengan Annabeth dan Grover, berkelana ke Underworld untuk menemui Hades yang dicurigai sebagai pelaku pencurian yang sebenarnya.
Percy Jackson and The Lightning Thief ini memang mengingatkanku akan Harry Potter.
Chiron : Dumbledore
Annabeth : Hermione
Grover : Ron
Luke : Draco
Ibu Percy yang rela mati demi menyelamatkan anaknya : Ibu HP yang mati demi melindungi anaknya
Petualangannya seru. Banyak yang lucu. Banyak kata-kata bijak juga. Memang hidup itu selalu diberikan pilihan. Jalan yang sudah kita pilih, tidak memiliki jalan untuk mundur, harus maju terus.
Overall, aku menikmati buku ini. Baca buku berbahasa inggrisnya gak susah. Khas Rick Riordan untuk menulis dari sisi orang pertama sehingga pembaca lebih bisa menyelami karakter utama. Gak sabar baca buku keduanya, harus nunggu dipinjemin nih =)
Wednesday, April 17, 2013
Saturday, April 13, 2013
Ika Natassa - Divortiare
Judul : Divortiare
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2008
Halaman : 288
Genre : Contemporary Romance
Overall rate : 3 of 5
Dapet pinjaman dari Bu Dokter A.S. Dewi. Langsung dibaca di bus pas abis pulang kopdar Jakarta hari ini (13 April 2013). Hohohohoho...
Ceritanya sebenarnya simpel. Mengenai seorang wanita bernama Alexandra a.k.a Lex a.k.a Lexy yang sudah menjanda selama 2 tahun. Dari awal aku udah tahu kalau sebenarnya Lex belum bisa melupakan mantan suaminya, si dokter ganteng, McSteamy di novel ini, yang bernama Beno.
Emang dalam sebuah hubungan, komunikasi itu merupakan hal yang paling penting dan krusial. Itulah yang menjadi penyebab perceraian Lex dan Beno. Keduanya sama-sama sibuk. Kerja bisa pagi ketemu pagi. Berantem lah, dan seterusnya sampai perceraian terjadi.
Wina dan Ryan, sahabat Lex, yang mengerti kehidupan karir Lex, merasa bahwa sudah saatnya sahabatnya itu kembali membuka peluang dengan para pria. Salah satunya adalah Denny. Pria ini dulu sempat nge-date sama Lex waktu mereka di Canberra. Dan ternyata pertemuan mereka kembali memberikan sebuah pandangan baru kepada Lex.
Sampai ketika Denny mengajak Lex untuk serius dalam hubungan mereka. Lex setuju untuk mencoba serius. Lagipula, Denny adalah pria yang baik, selalu dapat membuatnya tertawa, dan perhatian. Tidak ada yang kurang dari diri Denny. Namun, kenapa Lex masih tak dapat melupakan Beno?
Sewaktu memberi rating buku ini, aku bingung, 3 atau 4? Apa 3.5? Tapi setelah kupikir-pikir, 3 saja. Aku sebal sama karakter Beno. Mungkin pembaca lain suka sama dia. Buatku? Issshhhhh.... Rasanya pengen sumpal tuh mulut pria satu ini. Sarkastik banget! Sok kalem dan sok cool pula. Cih!
Eh, tapi bukan berarti aku tidak jatuh dalam pesona pria satu ini ya. Sebenarnya luluh juga sih pas dia gendong Lex sewaktu wanita itu keseleo. Terus pas dia khusus datang ke rumah mamanya Lex buat anterin obat. Hadeuhhhh... Jadi, sikap sarkastik dia sedikit dimaafkan =)
Bagaimana dengan karakter Denny? Duh, ini pria yang paling gak ada cacat deh. Awal-awal sih aku pengen bilang, "Lex, loe ama dia aja!" Tapi pada akhirnya, aku merasa Lex lebih cocok dengan Beno. Yang satu berapi-api, yang satu kalem. Jadi, saling mengimbangi. Hahahahaha...
Yang bikin aku klepek-klepek sama Denny pas dia ngomong gini:
Me: *swoon*
Sebenarnya pertengkaran antara Lex dengan Beno itu bikin capek loh pas baca buku ini. Aku juga rasanya pengen ikutan mencak-mencak ke Beno. Ck! Tapi untungnya buku ini juga menyertakan sisi kocak dari Lex, Ryan, dan Wina. Sahabat gokil dan gila. Hwhwhwhwhw...
Yang aku kurang suka dari buku ini sebenarnya bahasa Inggrisnya. Aku ngerti sih, kadang yang pengen disampaikan itu rasanya lebih ngena kalau pake bahasa Inggris. Tapi ada beberapa bagian di mana aku ngerasa capek baca Inggrisnya karena digabung sama bahasa Indo.
Overall, aku menikmati buku ini. Berikutnya lanjut twivortiare. Agak ragu sebenarnya karena ceritanya pake bahasa twitter. Tapi tetep akan kucoba baca =)
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2008
Halaman : 288
Genre : Contemporary Romance
Overall rate : 3 of 5
Dapet pinjaman dari Bu Dokter A.S. Dewi. Langsung dibaca di bus pas abis pulang kopdar Jakarta hari ini (13 April 2013). Hohohohoho...
Ceritanya sebenarnya simpel. Mengenai seorang wanita bernama Alexandra a.k.a Lex a.k.a Lexy yang sudah menjanda selama 2 tahun. Dari awal aku udah tahu kalau sebenarnya Lex belum bisa melupakan mantan suaminya, si dokter ganteng, McSteamy di novel ini, yang bernama Beno.
Emang dalam sebuah hubungan, komunikasi itu merupakan hal yang paling penting dan krusial. Itulah yang menjadi penyebab perceraian Lex dan Beno. Keduanya sama-sama sibuk. Kerja bisa pagi ketemu pagi. Berantem lah, dan seterusnya sampai perceraian terjadi.
Wina dan Ryan, sahabat Lex, yang mengerti kehidupan karir Lex, merasa bahwa sudah saatnya sahabatnya itu kembali membuka peluang dengan para pria. Salah satunya adalah Denny. Pria ini dulu sempat nge-date sama Lex waktu mereka di Canberra. Dan ternyata pertemuan mereka kembali memberikan sebuah pandangan baru kepada Lex.
Sampai ketika Denny mengajak Lex untuk serius dalam hubungan mereka. Lex setuju untuk mencoba serius. Lagipula, Denny adalah pria yang baik, selalu dapat membuatnya tertawa, dan perhatian. Tidak ada yang kurang dari diri Denny. Namun, kenapa Lex masih tak dapat melupakan Beno?
Sewaktu memberi rating buku ini, aku bingung, 3 atau 4? Apa 3.5? Tapi setelah kupikir-pikir, 3 saja. Aku sebal sama karakter Beno. Mungkin pembaca lain suka sama dia. Buatku? Issshhhhh.... Rasanya pengen sumpal tuh mulut pria satu ini. Sarkastik banget! Sok kalem dan sok cool pula. Cih!
Eh, tapi bukan berarti aku tidak jatuh dalam pesona pria satu ini ya. Sebenarnya luluh juga sih pas dia gendong Lex sewaktu wanita itu keseleo. Terus pas dia khusus datang ke rumah mamanya Lex buat anterin obat. Hadeuhhhh... Jadi, sikap sarkastik dia sedikit dimaafkan =)
Bagaimana dengan karakter Denny? Duh, ini pria yang paling gak ada cacat deh. Awal-awal sih aku pengen bilang, "Lex, loe ama dia aja!" Tapi pada akhirnya, aku merasa Lex lebih cocok dengan Beno. Yang satu berapi-api, yang satu kalem. Jadi, saling mengimbangi. Hahahahaha...
Yang bikin aku klepek-klepek sama Denny pas dia ngomong gini:
"You wanna know why I would stay under the rain for you?"
"Why?"
"So you can take care of me like you just did, and I can kiss you like just I did."
Me: *swoon*
Sebenarnya pertengkaran antara Lex dengan Beno itu bikin capek loh pas baca buku ini. Aku juga rasanya pengen ikutan mencak-mencak ke Beno. Ck! Tapi untungnya buku ini juga menyertakan sisi kocak dari Lex, Ryan, dan Wina. Sahabat gokil dan gila. Hwhwhwhwhw...
Yang aku kurang suka dari buku ini sebenarnya bahasa Inggrisnya. Aku ngerti sih, kadang yang pengen disampaikan itu rasanya lebih ngena kalau pake bahasa Inggris. Tapi ada beberapa bagian di mana aku ngerasa capek baca Inggrisnya karena digabung sama bahasa Indo.
Overall, aku menikmati buku ini. Berikutnya lanjut twivortiare. Agak ragu sebenarnya karena ceritanya pake bahasa twitter. Tapi tetep akan kucoba baca =)
Subscribe to:
Posts (Atom)